Rabu, 02 Juni 2010

MENYAMBUT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Menyambut Hari Pendidikan Nasional 2 Mei nanti, Kementerian Pendidikan Nasional meluncurkan program pendidikan karakter. Siswa dengan karakter yang kuat pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Beberapa karakter yang ingin dibangun berkaitan dengan nilai-nilai yang umum diterima secara luas oleh masyarakat, antara lain: kejujuran, disiplin, dan kebersihan. Sementara karakter yang bersifat kearifan lokal tetap diakomodasi melalui pendidikan yang spesifik di tiap daerah. Pendidikan karakter sangat penting mengamati perkembangan dewasa ini. Kita lihat banyak tokoh-tokoh penting yang menduduki jabatan-jabatan strategis terlibat tindakan korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan hal lain yang negatif disebabkan karakter yang dirinya yang kurang kuat.
Pendidikan karakter sudah harus ditanamkan sedini mungkin, sejak anak masih berada dalam lingkungan pendidikan keluarga (pra sekolah) bahkan lebih dini dari itu yaitu sejak masih dalam kandungan, sejak dimulainya proses pembentukan janin dari sperma, segumpal darah, segumpal daging sampai menjadi jabang bayi. Orangtua memperdengarkan doa-doa, bacaan ayat suci Al-Qur’an, mengajak berkomunikasi dengan tutur bahasa yang baik dan benar, serta memberikan makanan, minuman dan pakaian dari penghasilan yang halal. Dilanjutkan dengan pendidikan di sekolah yang tetap harus dibarengi pendidikan dalam keluarga.
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan yang menjadi tokoh central lahirnya hari pendidikan Nasional sebagai bentuk penghargaan kepadanya karena jasa-jasanya yang sangat besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di yogyakarta dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau merupakan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang pertama dengan Masa jabatan 2 September 1945 – 14 November 1945. Beliau juga aktif dalam organisasi social politik seperti Budi Utomo. Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Taman siswa. Saat ia genap berusia 40 tahun ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Taman Siswa.
Semboyan Ki Hadjar Dewantara sampai sekarang masih relevan dan kiranya tetap relevan sampai kapanpun juga. Para pakar pendidikan yang banyak melahirkan teori-teori pendidikan di Amerika serikat sana juga banyak yang mengakui keunggulan dari semboyan Ki Hadjar dewantara ini. Idealnya seorang pendidik selalu menjadi teladan, menjadi model bagi para siswa atau anak didiknya. Maka barang siapa yang memilih profesi menjadi guru tapi tidak mengindahkan perilakunya, maka dia sejatinya bukan seorang guru. Guru itu akronim dari digugu dan ditiru. Ada pepatah juga menyebutkan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kemudian dia di tengah-tengah siswa selalu membangun semangat, tidak menjatuhkan atau membunuh karakter siswa. Dan di belakang memberikan dukungan terhadap hal-hal yang positif. Bahasa yang lebih modern sama dengan learning by doing atau active learning.
Dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional ini, terutama para pendidik (guru) dan para orang tua mari kita melakukan intropeksi diri, apakah kita sudah melakukan hal terbaik dalam memberikan pendidikan kepada siswa. Guru tidak hanya berfungsi transfer of knowledge tapi juga yang paling penting adalah transfer of value. Mari semua terus berjuang mengantarkan putra-putri kita menjadi manusia-manusia yang berkarakter baik, yang pandai dalam menguasai ilmu pengetahuan, dan pada akhirnya berguna bagi masyarakat, bangsa, dan Negara. Amiin.

Penulis :
Linlin Herlina, S.Pd.
Guru SMA Negeri 1 Banjarsari
Jln. Raya Km. 3 Banjarsari-CIAMIS
Email : herlinalinlin@yahoo.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar