Rabu, 10 Maret 2010

AYO, SELEKSI CALON PEMIMPIN KITA!

Firman Allah SWT dalam Qur’an Surat An Nisaa’ ayat 59 : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri (para pemimpin) diantara kamu”.

Pemimpin adalah sosok yang kedudukannya begitu tinggi. Pada ayat di atas dijelaskan ketaatan kepada pemimpin langsung disandarkan kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang taat kepada pemimpinnyaa berarti dia juga taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya orang yang tidak taat kepada pemimpinnya berarti masih dipertanyakan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pemimpin pada satuan organisasi terkecil yaitu keluarga adalah seorang suami/ayah. Apabila kepemimpinan Sang suami/ayah tersebut bisa ditegakkan, seluruh anggota keluarga mentaatinya, tentu keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang baik, yang sukses dan harmonis. Lebih tepat untuk menggambarkan keluarga yang sukses itu dengan sebutan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Pemimpin di tempat kerja (perusahaan) adalah direktur, di sekolah adalah Kepala Sekolah, di lingkungan masyarakat ada Ketua RT, ketua RW, Kepala Desa. Di lingkungan Mesjid ada Ketua DKM atau Bapak Kiai, dan dalam lingkup yang lebih luas lagi adalah para pemimpin bangsa dan Negara. Para Dewan, baik di tingkat kabupaten/Kota, tingkat Provinsi, perwakilan Daerah, maupun tingkat pusat. Mereka adalah pemimpin yang akan memimpin kita, mengatur dan mengurusi kita untuk menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan puncak kepemimpinan Negara adalah Presiden.

Seorang pemimpin tidak bisa lahir dengan sendirinya, muncul begitu saja seperti keluar dari batu belah. Seorang pemimpin lahir dengan proses seleksi yang sangat ketat. Mereka yang pantas menjadi pemimpin akan muncul ke permukaan terseleksi oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya. Masyarakat akan memilih yang terbaik dari komunitasnya, yang memiliki kemampuan, memiliki kelebihan-kelebihan atau keunggulan-keunggulan di banding yang lain.

Kita yang peduli akan kualitas pemimpin kita tentu akan menyesal jika kita tidak ikut andil dalam proses penyeleksian tersebut. Apalagi ini penyeleksian untuk pemimpin dalam lingkup yang sangat luas yaitu pemimpin-pemimpin Negara. Tentu kita tidak rela, jika seleksi itu hanya dilakukan oleh segelintir orang, dan orang-orang tersebut penyeleksi asal-asalan yang tidak memperdulikan kriteria-kriteria pemimpin yang baik. Tentu nanti pemimpin yang lahir bukanlah pemimpin yang kita harapkan dapat mengubah nasib kita yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik. Kita patut bersyukur, di era demokrasi ini kita diberi hak untuk memilih pemimpin kita secara langsung, sehingga kita bisa memilih berdasarkan kualitas pribadi yang dimilikinya tanpa terlalu memperdulikan partai yang mengusungnya. Yang penting partai itu berasaskan Pancasila dan UUD 1945 dan tidak bertentangan dengan keyakinan kita.

Oleh Karen itu, ayo kita mantapkan hati, kita lakukan proses penyeleksian pemimpin-pemimpin kita dengan penuh tanggung jawab. Pada hari Kamis, tanggal 09 April 2009 kita datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk mencontreng nama-nama calon pemimpin yang benar-benar berkualitas, yang memiliki keunggulan-keunggulan. Jangan asal mencontreng. Jangan lupa kita terus memohon kepada Allah SWT untuk memberikan petunjuk-Nya agar kita tidak salah pilih. Karena kalau kita salah pilih, kita akan mengalami kehancuran. Ketaatan kita nanti kepada pemimpin kita tidak akan sejalan menuju ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Tentang Golput (Golongan Putih) yaitu mereka-mereka yang abstain, tidak ikut memilih, itu memang hak demokrasi mereka. Tetapi seyogyaya kita berfikir dengan logika yang sehat. Seandainya semua atau sebagian besar masyarakat kita golput, kita tidak akan memiliki pemimpin. Suatu organisasi tanpa pemimpin mustahil bisa berjalan. Kalau kita bepergian 2 orang saja, salah satu dari kita harus dijadikan pemimpin, apalagi ini sebuah Negara. Selain itu, biaya yang telah dikeluarkan sedemikian besarnya untuk proses seleksi ini akan menjadi mubazir, sia-sia tanpa guna. Orang yang termasuk golput juga berarti dia akan menerima saja hasil pilihan orang lain, karena dirinya tidak mampu memilih pemimpinnya sendiri. Sayang sekali, proses demokrasi yang sudah diperjuangkan pada Zaman Orde Baru tidak kita laksanakan, tidak kita nikmati sebagai suatu hak yang memposisikan kita pada kedudukan penyeleksi para pemimpin Negara. Di antara calon pemimpin yang sekian banyak tentu tidak semua buruk, pasti ada calon pemimpin yang baik. Sekalipun semua calon kita anggap buruk, pasti ada yang lebih baik dari yang buruk itu. Memiliki pemimpin tentu lebih baik daripada tidak memiliki pemimpin. Kalau kita tidak mau memilih orang lain menjadi pemimpin dengan anggapan tidak layak dipilih, maka silahkan siapkan diri kita untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin di masa yang akan datang dengan kualitas lebih baik.

Semoga kita mendapatkan pemimpin yang benar-benar mencintai yang dipimpinnya, sehingga antara yang dipimpin dengan yang dipimpin terjalin hubungan yang harmonis, saling mendukung untuk kemajuan bangsa dan Negara. Tercipta “Baldatun Toyyibatun Warrobun Gofur”. Bagi para pemimpin yang nanti terpilih. Jadilah pemimpin yang memegang teguh amanah. Menanggung amanah adalah pekerjaan yang paling berat. Setiap pemimpin akan ditanya pertanggungjawaban atas kepemimpinannya di hadapan Allah SWT. Tunjukkanlah kepemimpinan yang berkualitas yang sesuai dengan harapan kita semua, masyarakat yang memilih. Kepemimpinan yang terbaik. Semoga!!!

Penulis adalah Guru di SMA Negeri 1 Banjarsari,
Jln. Raya KM.3 Banjarsari – Ciamis 46383.
E-mail: herlinalinlin@yahoo.co.id
(Dimuat di Koran Priangan)

Senin, 08 Maret 2010

PROFIL GURU PROFESIONAL

Oleh : Linlin Herlina, S. Pd.



Kita sebagai guru memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan sebuah generasi. Tanggung jawab yang diemban guru sangatlah besar. Banyak sekali orangtua yang menyerahkan buah hati mereka untuk kita didik, kita ajar, dan kita bina dengan kepercayaan penuh agar buah hati mereka itu menjadi anak-anak yang cerdas, berilmu pengetahuan, juga berakhlak mulia.

Guru adalah teladan. Guru itu digugu dan ditiru. Seorang guru harus memiliki kontrol diri yang sangat besar, bahwa apa yang kita ucapkan dan kita lakukan akan menjadi rujukan bagi anak didik kita bahkan masyarakat di sekitar kita. Maka apa jadinya jika seorang guru dalam kesehariannya senantiasa berkata dengan perkataan yang kasar, berperilaku yang menyimpang dari etika dan moral. Hal ini tentu akan memberikan dampak buruk bagi anak didik kita dan tentu akan mencoreng citra profesionalitas guru.

Sejalan dengan telah bergulirnya Undang-Undang Guru dan Dosen, bahwa guru profesional harus melewati proses “UJI SERTIFIKASI” yaitu proses mendapatkan sertifikat guru profesional. Dimana tujuan sertifikasi tersebut adalah : (1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (2) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan (3) Meningkatkan profesionalitas guru (4) Meningkatkan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru ini harus dipahami secara utuh yaitu tidak hanya dipahami dengan mendapatkan sertifikat guru profesional, guru meningkat kesejahteraannya tetapi yang paling penting justru memahami seperti apa profil guru profesional yang diharapkan dalam dunia pendidikan itu.

Profil guru profesional telah ada rambu-rambunya diantaranya memiliki kualifikasi pendidikan S-1. Memiliki kompetensi pendidik yaitu (1) Kompetensi pedagogis (pemahaman tentang peserta didik, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran). (2) Kompetensi Kepribadian (memiliki kepribadian mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berakhlak mulia). (3) Kompetensi Profesional (menguasai keilmuan bidang studi yang diampunya, mampu menelaah secara kritis, kreatif dan inovatif). (4) Kompetensi Sosial (mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega, dan masyarakat dengan baik).

Menjadi guru adalah tugas mulia tetapi juga sulit dan berat. Tugas ini menuntut seorang guru untuk sabar, amanah, ikhlas, dan penuh perhatian terhadap anak-anak didiknya. Para pakar pendidikan telah banyak melahirkan teori-teori pengajaran dan terus melakukan reformasi untuk memperbaiki teori-teori pengajaran itu agar tetap up to date atau sesuai dengan perkembangan zaman. Kita sering lupa bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah guru yang lahir 14 abad lalu yang jelas diri Rasulullah adalah teladan yang utama untuk kita : “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (Al-Ahzaab : 21). Sifat-sifat yang harus dipelihara oleh guru adalah: a. mengiklaskan ilmu kepada Allah (dengan ilmunya bertujuan semata-mata untuk memberi manfaat kepada sesama bukan untuk mendapatkan pujian, pangkat, kedudukan dan semacamnya), b. Jujur, c. Sesuai antara perkataan dengan perbuatan, d. Adil dan egaliter, e. Menghiasi diri dengan akhlak mulia dan terpuji, f. Tawadhu (rendah hati yaitu tidak sombong, bukan rendah diri), g. Berani, h. Bisa bercanda (untuk menghindari rasa bosan dan jenuh), i. Sabar dan menahan amarah, j. Menghindari ucapan kotor dan keji, k. Mampu berkoordinasi atau bermusyawarah dalam mengambil keputusan dengan teman sejawat. (Silahkan baca buku GURUKU MUHAMMAD ditulis oleh Fu’ad Asy Syalhub).

Guru adalah pembawa obor peradaban, posisinya sebagai penyampai ilmu, pencerdas bangsa, memang ibarat cahaya dalam kegelapan. Sosok dan perilakunya bahkan mengajarkan lebih banyak hal daripada materi yang disampaikannya. Memang guru juga manusia, yang tak luput dari salah dan dosa. Tetapi harus disadari betul bahwa baik buruknya suatu generasi adalah gambaran dari baik buruk guru-gurunya. Sekali lagi guru punya andil yang sangat besar terhadap pembentukan suatu generasi. Menjadi Guru adalah suatu pilihan yang punya konsekuensi besar, bukan suatu pekerjaan biasa yang hanya untuk mencari rupiah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk terus berupaya meningkatkan kulitas diri kita sehingga kita bisa benar-benar menjadi GURU PROFESIONAL secara utuh.

Penulis adalah Guru di SMA Negeri 1 Banjarsari
Jln. Raya KM. 3 Banjarsari – CIAMIS 46383
E-mail : herlinalinlin@yahoo.co.id